harianlenteraindonesia.co.id – Berdasarkan data yang diambil dari Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organisation (WHO) menunjukkan bahwa kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker payudara, yakni dengan jumlah kasus 58.526 atau 16.7% dari total 348.809 kasus kanker.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Riskedas 2018 menyatakan bahwa tingginya angka kanker payudara di Indonesia mencapai 42.1 orang per 100 ribu penduduk. Hal ini diduga dari ketidaktahuan masyarakat mengenai penyakit yang cukup menguras pikiran dan tenaga ini.
Menanggapi hal tersebut, Medical Department Kalbe, Dokter Hastarita Lawrenti mengatakan, penting bagi masyarakat untuk menyadari tanda dan gejala risiko kanker payudara sejak dini. Mengingat tingkat kematian pada penyakit ini berada di urutan nomor 5 di Indonesia.
“Jadi selain melakukan SADARI, ada beberapa tanda dan gejala yang harus diperhatikan. Hal pertama yang muncul ketika kanker payudara sudah bisa dideteksi adalah adanya benjolan atau massa dan terkadang terasa nyeri,” jelasnya.
Kemudian, tanda dan gejala yang ditimbulkan dari kanker payudara adalah adanya iritasi kulit. Iritasi yang ditimbulkan dari kanker payudara biasanya sama seperti iritasi pada umumnya, sehingga biasanya diabaikan.
“Jadi selain adanya benjolan, ada juga gejala berupa iritasi kulit atau dumpling. Selain dumpling, selanjutnya juga ada retraksi puting payudara,” tuturnya.
Selanjutnya, Dokter Hastarita mengatakan, selain retraksi puting payudara, terjadi juga nipple discharge. Untuk itu, ketika melakukan SADARI, penting juga untuk memencet bagian puting.
“Jadi ketika wanita melakukan SADARI, coba tekan bagian putingnya apakah mengeluarkan cairan atau tidak. Kalau mengeluarkan cairan itu bisa jadi gejala kanker payudara,” sambungnya.
Sementara itu, gejala yang ditimbulkan dari kanker payudara tidak hanya muncul di payudara saja. Tetapi gejala ini juga muncul di leher atau bahkan ketiak.
“Jadi jangan hanya perhatikan payudaranya saja. Karena gejala lain dari kanker payudara adalah adanya kelenjar getah bening. Ini bisa menimbulkan pembengkakan di sekitar ketiak atau leher,” pungkasnya. (Red)