harianlenteraindonesia.co.id – Berjemur di bawah sinar matahari telah menjadi tren masyarakat selama masa pandemi covid-19. Berjemur dipercaya dapat meningkatkan imunitas tubuh sehingga tidak mudah terserang wabah penyakit.
Berkat khasiatnya tersebut, orang menjadi berlama-lama untuk berjemur. Tapi saat ini masih banyak orang yang keliru, berapa waktu yang tepat untuk berjemur sinar matahari.
Menjawab hal tersebut, dokter ortopedi Henry Suhendra SpOT menjelaskan bahwa meski berjemur pada siang hari sangat banyak mengandung vitamin D, seseorang hanya diperbolehkan melakukannya selama 5 hingga 10 menit saja.
“Karena ultraviolet indeksnya sangat tinggi, sehingga sangat terik cahayanya. Karena tidak bisa lama, jam berapa pun Anda mau berjemur, kadar vitamin D darah Anda hanya akan mencapai 40 nanogram per mililiter,” terang dr Henry, Sabtu (5/6/2021).
Lebih lanjut dr Henry mengatakan masyarakat bebas menentukan sendiri berapa jumlah vitamin D yang diinginkan saat berjemur. Ia menjelaskan, 40 ng/ml itu hanya efektif untuk mencegah penyakit rikets, penyakit tulang lunak pada anak-anak, dan juga baik untuk penyembuhan patah tulang.
“Tetapi penyakit-penyakit autoimun, jantung, berbagai macam kanker, meningkatkan imunitas, infeksi bakteri atau virus termasuk covid-19 dan lain-lain perlu yang optimal. Optimal vitamin D itu 100 atau bahkan 140 nanogram per milliliter,” lanjutnya.
Alhasil, masyarakat yang berjemur tidak perlu khawatir keracunan. Sebab, keracunan itu bisa terjadi bila vitamin D sebanyak 300 ng/ml.
“Kita sudah buat patokan jangan sampai lebih dari 150 ng/ml. Jadi hidup itu pilihan, Anda bisa pilih kalau mau 40 silakan,” tuntasnya. (Red)