harianlenteraindonesia.co.id – Setiap anak terlahir dengan karakter dan sifatnya masing-masing. Tapi tak dipungkiri sebagian orang tua mungkin kebingungan, jika anaknya memiliki sifat pemalu.
Sampai akhirnya, di sebagian orang sifat atau karakter diri pemalu ini dianggap sebagai suatu kelemahan. Padahal, sebagai orangtua sudah sepatutnya bisa memberikan dukungan kepada anak tanpa harus memaksa sang anak untuk mengubah karakter dirinya.
Lalu seperti apa cara memberikan dukungan yang tepat kepada anak pemalu, tanpa memaksakan anak untuk berubah?
Mewarta Huffingtonpost, mari simak tips dari para ahli di bawah ini, tentang lima cara mendukung anak dengan karakter pemalu.
1. Tidak melihat pemalu sebagai kelemahan
Hal pertama yang harus dilakukan orang tua yang mempunyai anak pemalu ialah, berhenti melihat sifat pemalu sebagai suatu kelemahan. Kebanyakan anak menunjukkan rasa malu atau enggan ketika bertemu orang baru dan ini adalah hal yang sangat normal. Rasa malu awal itu adalah bagaimana kita memasuki ruang baru dan mendapatkan sikap diri.
isebutkan oleh Koraly Pérez-Edgar, Direktur Asosiasi Social Science Research Institute with The Child Study Center, sifat pemalu bukan lah sesuatu yang harus dikhawatirkan orang tua.
“Saya tidak pernah didatangi orang tua yang cemas karena anaknya punya banyak sekali teman, karena orang tua melihat itu sebagai hal yang ideal. Tapi kalau anak pemalu, hanya punya satu atau dua orang teman, itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Itu hanya kepribadian anak Anda,” kata Koraly.
2. Hindari melabeli anak
Saran kedua datang dari Kasey Rangan, praktisi perawat anak di Children’s Hospital Los Angeles. Orang tua harus menghindari melabeli anak dengan sebutan pemalu. Alih-alih langsung menyebut pemalu di depan orang lain, tapi orang tua harus menjelaskan kepada orang lain jika anaknya memang butuh waktu untuk bisa menyatu dan terbuka dengan orang lain. Dengan cara ini, seharusnya sudah cukup ideal untuk juga jadi pengingat orang lain agar tak melabeli anak Anda dengan sebutan anak pemalu.
3. Beri anak kesempatan untuk berlatih bersosialisasi
Bagian yang dikontrol benar-benar adalah kuncinya di sini. Penting bagi orang tua untuk tidak mendorong dan memaksa anak-anak pemalu ke dalam situasi sosial yang berlebihan atau momen baru di mana mereka merasa sangat tidak nyaman. Tetapi penting juga untuk memberi anak-anak banyak kesempatan untuk mempraktikkan bagaimana rasanya mencoba hal-hal baru dan bertemu orang-orang baru.
4. Bertanya pada anak
Penting untuk memberi anak kesempatan untuk berbicara tentang apa yang mereka rasakan saat mereka menghadapi dunia dan menjelajahi situasi baru.
Koraly Pérez-Edgar menyarankan, orang tua bisa tanyakan kepada anak tentang bagaimana harinya, apa yang ia sedang pikirkan hari ini, bagaimana perasaannya di sekolah. Itu akan membantu orang tua memahami apakah rasa malu anak sudah mengganggu atau apakah anak merasa tak nyaman tanpa ‘label’ apa pun dari orang tua.
Ini tentang bagaimana membiarkan anak untuk memberi tahu orang tuanya sampai mana batasan mereka dan orang tua bisa menghargai batasan tersebut.
5. Tahu kapan meminta pertolongan
Jika Anda memperhatikan bahwa rasa malu anak sudah tampak ekstrem, contohnya mengamuk setiap kali diantar ke sekolah atau anak mengalami kesulitan berteman dan tampaknya situasi tak akan segera membaik. Maka jangan buang waktu, ada baiknya untuk memeriksakan anak ke dokter anak atau ahli kesehatan mental profesional.
“Anak yang harus dikhawatirkan adalah anak yang tidak pernah terbuka, tidak pernah bahagia masuk ke dalam berbagai situasi, dan anak yang tak bisa mendapatkan teman,” kata Koraly Pérez-Edgar. Ingat, pada intinya sebagai orang tua, menerima anak adalah kunci utama. Sama sekali tidak ada yang salah dengan menjadi pemalu dan pendiam, dan orang tua harus menjelaskan kepada anak-anaknya bahwa mereka sebagai orang tua menyukai kepribadian anak mereka apa adanya. (Red)