harianlenteraindonesia.co.id – Dari kecil kita biasanya diajari oleh orangtua untuk tidak lupa menutup mulut atau hidung saat bersin atau batuk. Ternyata kebiasaan baik ini bukan hanya menyangkut masalah kesopanan, namun berhubungan dengan kesehatan orang di sekitar kita.
Tahukah Anda? Sebagaimana dikutip People penelitian baru-baru ini menemukan bahwa tetesan dari bersin dan batuk dapat menyebar lebih jauh daripada yang dipikirkan orang-orang selama ini.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology, partikel berukuran lebih kecil dari bersin atau batuk dapat melakukan perjalanan alias tersebar dengan jarak hingga sekira 8 kaki jauhnya.
Namun, seperti yang diungkapkan oleh profesor John Bush, hal inilah yang sering tidak disadari oleh orang awam. Memang, ketika kita batuk atau bersin, maka akan ada tetesan atau mungkin Anda melihatnya jika seseorang di dekat Anda sedang bersin.
“Tapi kita tidak melihat awan, fase gas yang tak terlihat. Pengaruh awan gas ini adalah untuk memperluas jangkauan tetesan individu, terutama yang kecil,” jelas John.
Lebih lanjut dijelaskan, hasil studi menemukan memang bersin dan batuk yang menghasilkan tetesan-tetesan kecil dapat melakukan perjalanan 200 kali lebih jauh daripada tetesan yang hadir sebagai kelompok partikel yang tidak terhubung.
Para peneliti pun menggunakan pencitraan batuk dan bersin berkecepatan tinggi, untuk menghasilkan analisis baru dari perspektif mekanika fluida.
Dari sini, para peneliti dengan cepat menemukan bahwa tetesan lendir yang lebih kecil terbang jauh lebih cepat daripada yang lebih besar karena memiliki lebih banyak momentum.
Para peneliti menamai batuk atau bersin ini dengan istilah “awan turbulen berlipat ganda” karena awan bercampur dengan udara di sekitarnya sebelum muatan tetesan cairan jatuh, lalu menguap menjadi residu padat, atau keduanya.
“Awan memasukkan udara sekitar ke dalamnya dan terus tumbuh dan bercampur. Tetapi ketika awan ini tumbuh berkembang maka ia akan melambat, dan dengan demikian kurang bisa menunda tetesan di dalamnya,” jelas Lydia Bourouiba, asisten profesor di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Massachusetts Institute of Technology.
Pada kehidupan sehari-hari, selain tertular orang lain diungkapkan memang flu paling sering dialami karena ada kontak sentuhan dengan permukaan atau benda yang memiliki virus flu di atasnya dan kemudian dengan sendirinya tangan menyentuh mulut, hidung, atau mata diri sendiri.
Well, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, cara terbaik untuk menghindari terkena flu atau virus apa pun adalah dengan melakoni cara sederhana selain memberikan diri sendiri vaksinisasi flu, juga pastinya dengan menghindari kontak dengan siapa saja yang sedang bersin dan batuk. (red)